"Nafsu mengatakan perempuan itu cantik atas dasar rupanya. Akal mengatakan perempuan itu cantik atas dasar ilmu dan kepintarannya. Dan hati mengatakan perempuan itu cantik atas dasar akhlaknya."

Selasa, 31 Agustus 2010

My Mother My Hero

Ibuku kecil bukanlah seorang yang terlahir dari keluarga kaya dan berdarah biru, ibuku hanyalah seorang manusia biasa yang berdarah minang dan terlahir dari keluarga petani dari dusun negeri tertinggal.

Ibuku kecil bukanlah seorang yang memiliki nama tambahan di belakang namanya, ibuku tidak memiliki Amd, ST, Msc, apalagi DR didepan namanya, bahkan ibuku hanya bergelar seorang anak yang hanya mencicipi manisnya bangku sekolah rakyat nan merakyat.

Ibuku kecil bukanlah seorang wanita bernama indah bak indahnya warna pelangi, ibuku tak pernah marah kepada matahari yang membakar kulitnya, ibuku tak pernah kasar kepada sawah yang menarik nya untuk berlari.....

Ibuku kecil bukanlah seorang anak yang mengenal manja, seorang anak yang merengek minta dibelikan boneka,bahkan sepasang sepatu pun tak pernah terbelikan, bagai mimpi panjang yang tak pernah berujung,

Ibuku remaja tak dilindungi oleh rumah nan megah, ia hanya ditutupi oleh gubug-gubug nan reot, seolah tanah pun enggan menopangnya.

Ibuku remaja bukanlah seorang pemudi berseri-seri, menari-nari diatas kesenangan indahnya masa remaja, ibuku adalah seorang pemudi berhenti berdiri, kembali berlari mengantarkan serantang nasi ke sawah, dan membawa pulang segantang beras sebagai upah.

Ibuku remaja bukanlah pemudi yang ditemani dengan rias-rias wajah nan elok, kulitnya hanya teroleskan keringat, bedak wajah adalah kilauan sengatan matahari menantang, tubuhnya kurus menjulang, garis wajahnya nan jelas bak mendulang.

Ibu menangislah hatiku, jantungku terhujam, ketika kau menangis menggambarkan rinci kehidupan kecil mu nan pilu. Ibu aku bangga denganmu. Biarpun orang menertawakan mu dulu, biarpun orang mengucilkan mu dulu, kini aku memuji mu ibu, aku menyanjung mu ibu, aku dan putra-putri mu yang lain adalah bukti perjuangan mu, bukti kegigihan mu.

Keringatmu adalah dzikirmu.
Tintamu bukanlah emas ataupun perak.
Ilmu adalah tanganmu, kakimu, dan ketegaranmu.
Kaulah bidadari sesungguhnya wahai ibu.
Darah mu adalah darah mulia bagiku.
Gelar mu adalah gelar dimata di Tuhan sebagai manusia yang tegar.
Kecantikanmu adalah ketegaran dan perjuanganmu.

Ibu, Sekarang tataplah dinding-dinding rumah kita, Rumah kita tidaklah megah, tapi kini gubug-gubug itu telah pergi, tanahpun dengan senang menopang rumah kita, sekalipun kini rantau menahan kita, tataplah jajaran foto-foto dirimu dan anak-anakmu, terpampang dengan senyum bangga putera-puteri mu dengan sebuah Toga dan tangan melilit sebuah bukti kelulusan, bukan…ini bukanlah milik kami, ini adalah milik mu Ibu.

Ibu tataplah kembali, hiburlah dirimu, lihatlah dalam sebuah bingkai dirimu tersenyum diatas sebuah unta ditemani oleh Ayahku Juara bagiku didunia ini. Ingatlah kembali setiap lembar perjalanan mu ke tanah nan indah lagi suci.

Biarlah orang-orang menatap wujud perjuanganmu.

Ibu Tersenyumlah, engkau lah PahlawanKu.


http://muslimgaul.do.am/blog/my_mother_my_hero/2009-12-08-72

Senin, 30 Agustus 2010

WaniTa TerCantik iTu.....

Wanita menyisir rambut panjangnya, dihadapnya seorang lelaki memandangi helai demi helai rambut menjuntai sepanjang punggung, mengesamping tersampir dipundak sampai dada…

“Apa gerangan yang sedang kau perhatikan lelakiku?”tanya wanita

“ah…ah..tidak-tidak bukan apa-apa, kapan akan kau rapikan rambut panjang ini??…berkilau seperti dulu, berkeramas dengan madu, jeruk nipis, lidah buaya…atau putih telur ayam kampung, kau ratus..harum mewangi seperti dulu lagi??”…tanya Lelaki..

seperti menyampaikan sebuah pesan wanita tak indah lagi dengan rambutnya–

wanita terdiam dan kembali merapikan rambutnya yang panjang menjuntai kusut, merah, ujungnya pecah, kering…seperti rambut Buto, rambut Kuntilanak…

Lelaki tak bergeser sedikitpun dari tempat duduknya…dan kini memperhatikan muka wanita

“Apa gerangan yang kau perhatikan lelakiku??”tanya wanita

“ah…ah…tidak-tidak bukan apa-apa, …kapan muka ini kau rawat dengan bedak beras, air mawar, air sirih menguapi mukamu…atau kau olesi parutan mentimun pipimu???”…tanya lelaki…dan kenapa kamu kurus sekali”…

dan wanita menerima pesan, wanita tak cantik seperti dulu lagi bagai bidadari Khyangan, bagai Dewi Shinta, Dewi Kunthi, Trijoto —aaahhhh…wanita seperti Anjani sekarang (wanita yang cantik berubah mukanya menjadi Kera karena kemalangan hidupnya, mencari Cupumanik yang hilang di telaga Madirda).

“Betapa malang hidupku…”…kata wanita setengah meratap dan mulai meleleh air matanya
“kenapa baru kau tanyakan sekarang…setelah aku seperti kera, buto, kuntilanak???”

Bathin wanita berkata-kata:

“Kenapa tak kau tanyakan…saat aku sibuk melayanimu, dari mataku terbuka bahkan sang surya belum membagi sinar dan kehangatannya aku wanitamu sudah sibuk apa yang akan buat bersantap sarapan pagi nanti—bagaimana aku sempat menyisir rambutku—kunyalakan tungku berkalang abu dan asap—demi lelakiku—aku wanitamu takut lelakiku lapar dijalan saat bekerja,…itu–itu saja—
———————–
saat kau lelakiku pergi bekerja anak-anakmu menggelendot, menangis, merengek, menanti belaian tangan wanitamu ini, dan tangan mengantar suap sesendok demi sesendok—setelah lelap tak lelo-lelo ledung, kuayun diselendang samping mbale—aku angkat setumpuk kain bau apeg keringatmu prengus dan aku mulai mencuci–njemur pakeanmu satu-persatu—mana sempat aku rapikan muka ini’
———————–
saat matahari diatas kepala aku mulai sibuk masak, makan-makanan untuk kita semua..dan anakmu mulai merengek—sedang badanku sudah mulai bau kecing mandipun hanya jadi syarat tak sempat berlulur teriakan anakmu mengatakan ‘cepat si mbook, akuuu lapar’ —dan makanan itu semakin jauh dariku kumakan sisa suapan anakmu yg tak habis dimakan(karena aku menghargai penghasilanmu untuk membeli beras ini maka tak gampang aku buang-buang makanan) porsinyapun tak seberapa—pantas jika semakin kurus kering.
———————-
saat sang surya beranjak pergi meninggalkan langit …lelakiku datang, kusambut dilatar wanitamu ini sedang angon anak dolanan, bergegas pulang secangkir wedang panas nyanding telo anget kemepul hidangan sebelum makan besar—mana sempat aku pasang gincu menunggumu depan pintu tersenyum manis menyapamu…
———————-
saat sang surya benar-benar hilang, di bale-bale bambu setelah makan besar selesai, sambil melipat pakaiana kering–Lelakiku ngoceh tentang pengalamannya seharian diluar sana—bahagia walau hanya mendengar—sampai senggur ‘ngorok’..mengagetkan wanitamu ini, yang tiba bergiliran cerita tentang tingkah polah anakmu seharian—tapi lelakiku sudah tergolek seperti jabang bayi kekenyangan—aaahhh…sudahlah desah wanitamu ini…kamu capek sekali lelakiku—dan wanitamu masih berkalang dengan ‘korahan’ cuci piring kotor…
———————–
Kini wanitamu ini mulai berhitung—apa-apa yang telah dilakukan ‘ngladeni’–melayani–yang tadinya aku lakukan dengan tulus—wanitamu ini mulai berhitung, tak pantas kulakukan…lelakiku karena aku tak seperti dulu lagi…dewi pujaan hati yang turun dari kahyangan…lelakiku mulai menuntun aku cantik…
———————-
Pikiran wanita terlempar masa lampau saat masih gadis…banyak hal tentang merawat diri yang banyak terlewat saat ini…”duh si mbok aku kepingin seperti dulu lagi”…besok akan aku sempatkan merawat diriku, akan aku minta dia lelakiku tinggal dirumah sehari…aku harus berani berkata pada lelakiku:
———————-
dan benar pagi datang… setelah diminta tinggal dirumah lelaki mau membantu dirumah…
“lelakiku kamu ingin melihat aku cantik?…sediakanlah waktu untuk aku mengurus badanku beberapa saat, aku mau lelakiku berbagi penatku sehari saja supaya tahu kenapa aku tak sempat ‘brai’…dandan tiap hari—”

Dan merekapun berbagi tugas….

Lelaki perhatikan wanitanya–ijlak-ijlik–wira-wiri–’laden’, gerakan mata lelaki memandangi setiap klebatan gerak wanita, dan sesekali membantu ‘ngangsu’ menimba air, mengangkat berat…nyambi njaga anak.

Bathin lelaki

‘Oooooh wanitaku–betapa egoisnya aku—kau adalah wanita tercantik yang kumiliki, tak sedikitpun kamu pernah ‘ngersulo’, mengeluh–selama ngladeni aku dan anakmu—aku saja yang bodoh tidak menjaga pemberian Gusti Allah, akuuu—akuuu dulu yang pernah berjanji setia sehidup-semati, seia sekata, dalam suka maupun duka, tak kan kubiarkan kau mati sendiri, sekata sendiri dan berduka atas pelayananmu terhadap aku dan anakku-anak kita’…

—Wanitaku ditiap-tiap hari akan datang aku akan menyediakan waktu-waktu seperti ini lagi, terima kasih atas pelayananmu—

—Dan Lelakiku akupun bahagia jika kau cepat menyadarinya—

http://fiksi.kompasiana.com/group/prosa/2010/08/31/wanita-tercantik-itu/

Rabu, 25 Agustus 2010

Bertamasya Ke Alam Barzah

Kisah berikut pernah ditayangkan di salah satu televisi swasta beberapa waktu lalu. Kisahnya sungguh akan menyadarkan kita akan kehidupan setelah kematian yang pastinya suatu saat setiap dari kita akan mengalaminya. Melalui tulisan ini saya mencoba untuk sharing akan kisah tersebut, semoga bermanfaat.

Aslina adalah warga Bengkalis yang mati suri 24 Agustus 2006 lalu. Gadis berusia sekitar 25 tahun itu memberikan kesaksian saat nyawanya dicabut dan apa yang disaksikan ruhnya saat mati suri.

Sebelum Aslina memberi kesaks ian , pamannya Rustam Effendi memberikan penjelasan pembuka. Aslina berasal dari keluarga sederhana, ia telah yatim. Sejak kecil cobaan telah datang pada dirinya. Pada umur tujuh tahun tubuhnya terbakar api sehingga harus menjalani dua kali operasi.Menjelang usia SMA ia termakan racun. Tersebab itu ia menderita selama tiga tahun.

Pada umur 20 tahun ia terkena gondok (hipertiroid) . Gondok tersebut menyebabkan beberapa kerusakan pada jantung dan matanya. Karena penyakit gondok itu maka Jumat, 24 Agustus 2006 Aslina menjalani check-up atas gondoknya di Rumah Sakit Mahkota Medical Center (MMC) Melaka Malaysia . Hasil pemeriksaan menyatakan penyakitnya di ambang batas sehingga belum bisa dioperasi.

“Kalau dioperasi maka akan terjadi pendarahan,’ ‘jelas Rustam. Oleh karena itu Aslina hanya diberi obat. Namun kondisinya tetap lemah. Malamnya Aslina gelisah luar biasa, terpaksa pamannya membawa Aslina kembali ke Mahkota sekitar pukul 12 malam itu.Ia dimasukkan ke unit gawat darurat (UGD), saat itu detak jantungnya dan napasnya sesak. Lalu ia dibawa ke luar UGD masuk ke ruang perawatan. “Aslina seperti orang ombak (menjelang sakratulmaut, red). Lalu saya ajarkan kalimat thoyyibah dan syahadat.

Setelah itu dalam pandangan saya Aslina menghembuskan nafas terakhir, “ungkapnya. Usai Rustam memberi pengantar, lalu Aslina memberikan kesaksiaanya.

“Mati adalah pasti. Kita ini calon-calon mayat, calon penghuni kubur,”begitu ia mengawali kesaksiaanya setelah meminta seluruh hadirin yg memenuhi Grand Ball Room Hotel Mutiara Merdeka Pekanbaru tersebut membacakan shalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Tak lupa ia juga menasehati jamaah untuk memantapkan iman, amal dan ketakwaan sebelum mati datang. “Saya telah merasakan mati,” ujar anak yatim itu.

Hadirin terpaku mendengar kesaksian itu. Sungguh, lanjutya, terlalu sakit mati itu.

Diceritakan, rasa sakit ketika nyawa dicabut itu seperti sakitnya kulit hewan ditarik dari daging, dikoyak. Bahkan lebih sakit lagi. “Terasamalaikat mencabut (nyawa, red) dari kaki kanan saya,” tambahnya. Di saat itu ia sempat diajarkan oleh pamannya kalimat thoyibah. “Saatdi ujung napas, saya berzikir,” ujarnya. “Sungguh sakitnya, Pak, Bu,” ulangnya di hadapan lebih dari 300 alumni ESQ Pekanbaru.

Diungkapkan, ketika ruhnya telah tercabut dari jasad, ia menyaksikan di sekelilingnya ada dokter, pamannya dan ia juga melihat jasadnya yang terbujur. Setelah itu datang dua malaikat serba putih mengucapkan Assalaimualaikum kepada ruh Aslina.

“Malaikat itu besar, kalau memanggil, jantung rasanya mau copot, gemetar,” ujar Aslina mencerita pengalaman matinya. Lalu malaikat itu bertanya: “siapa Tuhanmu, apa agamamu, dimana kiblatmu dan siapa nama orangtuamu. “

Ruh Aslina menjawab semua pertanyaan itu dengan lancar. Lalu ia dibawa ke alam barzah. “Tak ada teman kecuali amal,” tambah Aslina yang Ahad malam itu berpaka ian serba hijau.

Seperti pengakuan pamannya, Aslina bukan seorang pendakwah, tapi malam itu ia tampil memberikan kesaks ian bagaikan seorang muballighah.

Di alam barzah ia melihat seseorang ditemani oleh sosok yang mukanya berkudis, badan berbulu dan mengeluarkan bau busuk. Mungkin sosok itulah adalah amal buruk dari orang tersebut.

Aslina melanjutkan. “Bapak, Ibu, ingatlah mati,” sekali lagi ia mengajak hadirin utk bertaubat dan beramal sebelum ajal menjemput. Di alam barzah, ia melanjutkan kesaks ian nya, ruh Aslina dipimpin oleh dua orang malaikat.Saat itu ia ingin sekali berjumpa dengan ayahnya. Lalu ia memanggil malaikat itu dengan “Ayah”. “Wahai ayah bisakah saya bertemu dengan ayah saya,” tanyanya. Lalu muncullah satu sosok.

Ruh Aslina tak mengenal sosok yang berusia antara 17-20 tahun itu. Sebab ayahnya meninggal saat berusia 65 tahun. Ternyata memang benar, sosok muda itu adalah ayahnya.

Ruh Aslina mengucapkan salam ke ayahnya dan berkata: “Wahai ayah, janji saya telah sampai.” Mendengar itu ayah saya menangis. Lalu ayahnya berkata kepada Aslina. “Pulanglah ke rumah, kasihan adik-adikmu. ” ruh Aslina pun menjawab. “Saya tak bisa pulang, karena janji telah sampai”.

Usai menceritakan dialog itu, Aslina mengingatkan kembali kepada hadirin bahwa alam barzah dan akhirat itu benar-benar ada. “Alam barzah, akhirat, surga dan neraka itu betul ada. Akhirat adalah kekal,” ujarnya bak seorang pendakwah.

Setelah dialog antara ruh Aslina dan ayahnya. Ayahnya tersebut menunduk. Lalu dua malaikat memimpinnya kembali, ia bertemu dengan perempuan yang beramal shaleh yang mukanya bercahaya dan wangi. Lalu ruh Aslina dibawa kursi yang empuk dan didudukkan di kursi tersebut, disebelahnya terdapat seorang perempuan yang menutup aurat, wajahnya cantik. Ruh Aslina bertanya kepada perempuan itu. “Siapa kamu?” lalu perempuan itu menjawab.”Akulah (amal) kamu.”

Selanjutnya ia dibawa bersama dua malaikat dan amalnya berjalan menelurusi lorong waktu melihat penderitaan manusia yang disiksa. Di sana ia melihat seorang laki-laki yang memikul besi seberat 500 ton, tangannya dirantai ke bahu, pakaiannya koyak-koyak dan baunya menjijikkan. Ruh Aslina bertanya kepada amalnya. “Siapa manusia ini?”

Amal Aslina menjawab orang tersebut ketika hidupnya suka membunuh orang.

Lalu dilihatnya orang yang yang kulit dan dagingnya lepas. Ruh Aslina bertanya lagi ke amalnya tentang orang tersebut. Amalnya mengatakan bahwa manusia tersebut tidak pernah shalat.

Selanjutnya tampak pula oleh ruh Aslina manusia yang dihujamkan besi ke tubuhnya. Ternyata orang itu adalah manusia yang suka berzina. Tampak juga orang saling bunuh, manusia itu ketika hidup suka bertengkar dan mengancam orang lain.

Dilihatkan juga pada ruh Aslina, orang yang ditusuk dengan 80 tusukan, setiap tusukan terdapat 80 mata pisau yang tembus ke dadanya, lalu berlumuran darah, orang tersebut menjerit dan tidak ada yang menolongnya. Ruh Aslina bertanya pada amalnya. Dan dijawab orang tersebut adalah orang juga suka membunuh.

Ada pula orang yang dihempaskan ke tanah lalu dibunuh. Orang tersebut adalah anak yang durhaka dan tidak mau memelihara orang tuanya ketika di dunia.

Perjalanan menelusuri lorong waktu terus berlanjut. Sampailah ruh Aslina di malam yang gelap, kelam dan sangat pekat sehingga dua malaikat dan amalnya yang ada disisinya tak tampak. Tiba-tiba muncul suara orang mengucap : Subnallah, Alhamdulillah dan Allahu Akbar.

Tiba-tiba ada yang mengalungkan sesuatu di lehernya.Kalungan itu ternyata tasbih yang memiliki biji 99 butir.

Perjalanan berlanjut. Ia nampak tepak tembaga yang sisi-sisinya mengeluarkan cahaya, di belakang tepak itu terdapat gambar kakbah. Di dalam tepak terdapat batangan emas. Ruh Aslina bertanya pada amalnya tentang tepak itu. Amalnya menjawab tepak tersebut adalah husnul khatimah. (Husnul khatimah secara literlek berarti akhir yang baik. Yakni keadaan dimana manusia pada akhir hayatnya dalam keadaan (berbuat) baik,red).

Selanjutnya ruh Aslina mendengarkan azan seperti azan di Mekkah. Ia pun mengatakan kepada amalnya. “Saya mau shalat.” Lalu dua malaikat yang memimpinnya > melepaskan tangan ruh Aslina. “Saya pun bertayamum, saya shalat seperti orang-orang di dunia shalat,” ungkap Aslina.

Selanjutnya ia kembali dipimpin untuk melihat Masjid Nabawi. Lalu diperlihatkan pula kepada ruh Aslina, makam Nabi Muhammad SAW. Dimakam tersebut batangan-batangan emas di dalam tepak “husnul khatimah” itu mengeluarkan cahaya terang. Berikutnya ia melihat cahaya seperti matahari tapi agak kecil. Tidak hanya itu di Masjid Nabawi, dia kembali diperlihatkan kejadian menakjubkan. Tiba-tiba cahaya ‘Husnul Hotimah’ yang ada di tangannya lepas, kemudian mengeluarkan api yang menerangi seluruh ruangan sehingga makam Nabi terlihat jelas. Waktu itu dari balik makam Nabi, dia melihat sosok manusia, berwajah ganteng menyerupai malaikat, kulit langsat, mata sayu, pandangan luas terbentang dan tajam. “Raut muka seperti orang Asia (oval, red) namun tidak kelihatan kepalanya. Tapi saya yakin sosok manusia tersebut adalah Nabi Muhammad,” katanya.

Melihat peristiwa itu, lantas Aslina bertanya kepada malaikat dan amalnya. “Kenapa cahaya tersebut menerangi Nabi Muhammad, sehingga saya bisa melihat.Dan kenapa wajah Nabi bercahaya?” Dijawab bahwa Anda adalah orang yang mendapat syafaat dan hidayah dari Allah. Mengenai wajah nabi yang bercahaya, karena selama mengembangkan agama Islam selalu mendapat tantangan.Cahaya itu pun bicara kepada ruh Aslina. “Tolong kau sampaikan kepada umat, untuk bersujud di hadapan Allah.”

Selanjutnya ruh Aslina menyaksikan miliaran manusia dari berbagai abad berkumpul disatu lapangan yang sangat luas. Ruh Aslina hanya berjarak sekitar lima meter dari kumpulan manusia itu. Kumpulan manusia itu berkata. “Cepatlah kiamat, aku tak tahan lagi di sini Ya Allah. ” Manusia-manusia itu juga memohon. “Tolong kembalikan aku ke dunia, aku mau beramal.”

Selama melihat kejadian itu, Aslina membaca Al Quran 30 juz, Hafis (hafal) dan khatam tiga kali. Kemudian membaca surat Yasin sebanyak 1000 kali dan shalawat kepada seluruh nabi (Adam sampai Muhammad). Aslina berlari sepanjang Arab Saudi atau sepanjang Sabang sampai Marauke seraya menangis melihat kejadian tersebut.

Aslina juga ingin diperlihatkan apa yang terjadi pada dirinya dikemudian hari. Namun sebelumnya dia diminta oleh malaikat untuk berzikir. Lamanya zikir yang dilakukan Aslina selama dua abad dan dua pertukaran zamanHal ini ditandai dengan 1 Syawal yang jatuh pada tanggal 31 Desember. Selesai berzikir, Aslina mendengar suara yang seperti ditujukan kepadanya.”Sadarlah wahai umat-Ku, kau sudah Ku matikan.Sampaikan kepada umat-Ku, apa yang Ku perlihatkan.Sampaikan kepada umat-Ku, umat-Ku, Umat-ku.”

Begitulah di antara cerita Aslina terhadap apa yang dilihat ruhnya saat ia mati suri. Dalam kesaksiaannya ia senantiasa mengajak hadirin yang datang pada pertemuan alumni ESQ itu untuk bertaubat dan beramal shaleh serta tidak melanggar aturan Allah. Setelah kesaksian Aslina, instruktur Pelatihan ESQ Legisan Sugimin yang telah mendapat lisensi dari Ary Ginanjar (pengarang buku sekaligus penemu metode Pelatihan ESQ) menjelaskan bahwa fenomena mati suri dan apa yang disaksikan oleh orang yang mati suri pernah diteliti ilmuan Barat.

Legisan mengemukakan pula, mungkin diantara alumni ESQ yang hadir pada Ahad (24/9) malam itu ada yang tidak percaya atau ragu terhadap kesaksian Aslina. Tapi yang jelas, lanjutnya, rata-rata orang yang mati suri merasakan dan melihat hal yang hampir sama.

“Apa yang disampaikan Aslina, mungkin bukti yang ditunjukkan Allah kepada kita semua, “ujarnya. Legisan menjelaskan penelitian oleh Dr Raymond A Moody Jr tentang mati suri.

Raymond mengemukakan orang mati suri itu dibawa masuk ke lorong waktu, di sana ia melihat rekaman seluruh apa yg telah ia lakukan selama hidupnya. Dan diakhir pengakuan orang mati suri itu berkata: “Dan aku ingin agar aku dapat kembali & membatalkan semuanya.”

Menanggapi kesaksian Aslina yang melihat orang-orang berteriak ingin dikembalikan ke dunia dan ingin beramal serta penelitian Raymond yang menyebutkan “aku ingin agar aku dapat kembali dan membatalkan semuanya,”

Legisan mengutip ayat Al-Quran Surat Al-Mu’muninun (23) ayat 99-100: Hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata:”Ya, Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia).”(99) . Agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan. (100).

Sebagai penguat dalil agar manusia bertaubat, dikutipkan juga Quran Surat Az-Zumar ayat 39: “Dan kembalilah kamu kepada Tuhan-Mu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang azab kepadamu kemud ian kamu tidak dapat ditolong (lagi).”

Usai pertemuan alumni itu, Aslina meminta nasehat dari Legisan. Intruktur ESQ itu menyarankan agar Aslina senatiasa berdakwah dan menyampaikan kesaksiaannya saat mati suri kepada masyarakat agar mereka bertaubat dan senantiasa mentaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Setelah acara, banyak di antara alumni yang bersimpati dan ingin membantu pengobatan sakit gondoknya. Para hadirinpun menyempat diri untuk berfoto bersama Aslina.

http://agama.kompasiana.com/2010/08/25/bertamasya-ke-alam-barzakh/

Kamis, 12 Agustus 2010

LIMA BELAS BUKTI KEIMANAN

Al-Hakim meriwayatkan Alqamah bin Haris r.a berkata, aku datang kepada Rasulullah s.a.w dengan tujuh orang dari kaumku. Kemudian setelah kami beri salam dan beliau tertarik sehingga beliau bertanya, "Siapakah kamu ini ?"

Jawab kami, "Kami adalah orang beriman." Kemudian baginda bertanya, "Setiap perkataan ada buktinya, apakah bukti keimanan kamu ?" Jawab kami, "Buktinya ada lima belas perkara. Lima perkara yang engkau perintahkan kepada kami, lima perkara yang diperintahkan oleh utusanmu kepada kami dan lima perkara yang kami terbiasakan sejak zaman jahiliah ?"

Tanya Nabi s.a.w, "Apakah lima perkara yang aku perintahkan kepada kamu itu ?"

Jawab mereka, "Kamu telah perintahkan kami untuk beriman kepada Allah, percaya kepada Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, percaya kepada takdir Allah yang baik mahupun yang buruk."

Selanjutnya tanya Nabi s.a.w, "Apakah lima perkara yang diperintahkan oleh para utusanku itu ?"

Jawab mereka, "Kami diperintahkan oleh para utusanmu untuk bersaksi bahawa tidak ada Tuhan selain Allah dan engkau adalah utusan Allah, hendaknya kami mendirikan solat wajib, mengerjakan puasa di bulan Ramadhan, menunaikan zakat dan berhaji bila mampu."

Tanya Nabi s.a.w selanjutnya, "Apakah lima perkara yang kamu masih terbiasakan sejak zaman jahiliah ?" Jawab mereka, "Bersyukur di waktu senang, bersabar di waktu kesusahan, berani di waktu perang, redha pada waktu kena ujian dan tidak merasa gembira dengan sesuatu musibah yang menimpa pada musuh." Mendengar ucapan mereka yang amat menarik ini, maka Nabi s.a.w berkata, "Sungguh kamu ini termasuk di dalam kaum yang amat pandai sekali dalam agama mahupun dalam tatacara berbicara, hampir saja kamu ini serupa dengan para Nabi dengan segala macam yang kamu katakan tadi."

Kemudian Nabi s.a.w selanjutnya, "Mahukah kamu aku tunjukkan kepada lima perkara amalan yang akan menyempurnakan dari yang kamu punyai ? Janganlah kamu mengumpulkan sesuatu yang tidak akan kamu makan. Janganlah kamu mendirikan rumah yang tidak akan kamu tempati, janganlah kamu berlumba- lumba dalam sesuatu yang bakal kamu tinggalkan,, berusahalah untuk mencari bekal ke dalam akhirat."

Desert of Ramadhan 1431 H

Bocah itu menjadi pembicaraan dikampung Ketapang. Sudah tiga hari ini ia mondar-mandir keliling kampung. Ia menggoda anak-anak sebayanya, menggoda anak-anak remaja diatasnya, dan bahkan orang-orang tua. Hal ini bagi orang kampung sungguh menyebalkan.

Yah, bagaimana tidak menyebalkan, anak itu menggoda dengan berjalan kesana kemari sambil tangan kanannya memegang roti isi daging yang tampak coklat menyala. Sementara tangan kirinya memegang es kelapa, lengkap dengan tetesan air dan butiran-butiran es yang melekat diplastik es tersebut.

Pemandangan tersebut menjadi hal biasa bila orang-orang kampung melihatnya bukan pada bulan puasa! Tapi ini justru terjadi ditengah hari pada bulan puasa! Bulan ketika banyak orang sedang menahan lapar dan haus. Es kelapa dan roti isi daging tentu saja menggoda orang yang melihatnya.

Pemandangan itu semakin bertambah tidak biasa, karena kebetulan selama tiga hari semenjak bocah itu ada, matahari dikampung itu lebih terik dari biasanya. Luqman mendapat laporan dari orang-orang kampong mengenai bocah itu. Mereka tidak berani melarang bocah kecil itu menyodor-nyodorkan dan memperagakan bagaimana dengan nikmatnya ia mencicipi es kelapa dan roti isi daging tersebut.

Pernah ada yang melarangnya, tapi orang itu kemudian dibuat mundur ketakutan sekaligus keheranan. Setiap dilarang, bocah itu akan mendengus dan matanya akan memberikan kilatan yang menyeramkan. Membuat mundur semua orang yang akan melarangnya.

Luqman memutuskan akan menunggu kehadiran bocah itu. Kata orang kampung, belakangan ini, setiap bakda zuhur, anak itu akan muncul secara misterius. Bocah itu akan muncul dengan pakaian lusuh yang sama dengan hari-hari kemarin dan akan muncul pula dengan es kelapa dan roti isi daging yang sama juga! Tidak lama Luqman menunggu, bocah itu datang lagi. Benar, ia menari-nari dengan menyeruput es kelapa itu. Tingkah bocah itu jelas membuat orang lain menelan ludah, tanda ingin meminum es itu juga.

Luqman pun lalu menegurnya.. Cuma,ya itu tadi,bukannya takut, bocah itu malah mendelik hebat dan melotot, seakan-akan matanya akan keluar. “Bismillah.. .” ucap Luqman dengan kembali mencengkeram lengan bocah itu. Ia kuatkan mentalnya. Ia berpikir,kalau memang bocah itu bocah jadi-jadian, ia akan korek keterangan apa maksud semua ini. Kalau memang bocah itu “bocah beneran” pun, ia juga akan cari keterangan, siapa dan dari mana sesungguhnya bocah itu..

Mendengar ucapan bismillah itu, bocah tadi mendadak menuruti tarikan tangan Luqman. Luqman pun menyentak tanggannya, menyeret dengan halus bocah itu, dan membawanya ke rumah. Gerakan Luqman diikuti dengan tatapan penuh tanda tanya dari orang-orang yang melihatnya. “Ada apa Tuan melarang saya meminum es kelapa dan menyantap roti isi daging ini? Bukankah ini kepunyaan saya?” tanya bocah itu sesampainya di rumah Luqman, seakan-akan tahu bahwa Luqman akan bertanya tentang kelakuannya. Matanya masih lekat menatap tajam pada Luqman.

“Maaf ya, itu karena kamu melakukannya dibulan puasa,” jawab Luqman dengan halus,”apalagi kamu tahu, bukankah seharusnya kamu juga berpuasa? Kamu bukannya ikut menahan lapar dan haus, tapi malah menggoda orang dengan tingkahmu itu..”

Sebenarnya Luqman masih akan mengeluarkan uneg-unegnya, mengomeli anak itu. Tapi mendadak bocah itu berdiri sebelum Luqman selesai. Ia menatap Luqman lebih tajam lagi. “Itu kan yang kalian lakukan juga kepada kami semua! Bukankah kalian yang lebih sering melakukan hal ini ketimbang saya..?! Kalian selalu mempertontonkan kemewahan ketika kami hidup dibawah garis kemiskinanpada sebelas bulan diluar bulan puasa?

Bukankah kalian yang lebih sering melupakan kami yang kelaparan, dengan menimbun harta sebanyak-banyaknya dan melupakan kami? Bukankah kalian juga yang selalu tertawa dan melupakan kami yang sedang menangis? Bukankah kalian yang selalu berobat mahal bila sedikit saja sakit menyerang, sementara kalian mendiamkan kami yang mengeluh kesakitan hingga kematian menjemput ajal..?!

Bukankah juga di bulan puasa ini hanya pergeseran waktu saja bagi kalian untuk menahan lapar dan haus? Ketika bedug maghrib bertalu, ketika azan maghrib terdengar, kalian kembali pada kerakusan kalian…!?” Bocah itu terus saja berbicara tanpa memberi kesempatan pada Luqman untuk menyela. Tiba-tiba suara bocah itu berubah. Kalau tadinya ia berkata begitu tegas dan terdengar “sangat” menusuk, kini ia bersuara lirih, mengiba.

“Ketahuilah Tuan.., kami ini berpuasa tanpa ujung, kami senantiasa berpuasa meski bukan waktunya bulan puasa, lantaran memang tak ada makanan yang bisa kami makan. Sementara Tuan hanya berpuasa sepanjang siang saja.

Dan ketahuilah juga, justru Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan lah yang menyakiti perasaan kami dengan berpakaian yang luar biasa mewahnya, lalu kalian sebut itu menyambut Ramadhan dan ‘Idul Fithri?

Bukankah kalian juga yang selalu berlebihan dalam mempersiapkan makanan yang luar biasa bervariasi banyaknya, segala rupa ada, lantas kalian menyebutnya dengan istilah menyambut Ramadhan dan ‘Idul Fithri? Tuan.., sebelas bulan kalian semua tertawa di saat kami menangis, bahkan pada bulan Ramadhan pun hanya ada kepedulian yang seadanya pula.

Tuan.., kalianlah yang melupakan kami, kalianlah yang menggoda kami, dua belas bulan tanpa terkecuali termasuk di bulan ramadhan ini. Apa yang telah saya lakukan adalah yang kalian lakukan juga terhadap orang-orang kecil seperti kami…! Tuan.., sadarkah Tuan akan ketidak abadian harta?

Lalu kenapakah kalian masih saja mendekap harta secara berlebih? Tuan.., sadarkah apa yang terjadi bila Tuan dan orang-orang sekeliling Tuan tertawa sepanjang masa dan melupakan kami yang semestinya diingat? Bahkan, berlebihannya Tuan dan orang-orang di sekeliling Tuan bukan hanya pada penggunaan harta, tapi juga pada dosa dan maksiat.. Tahukah Tuan akan adanya azab Tuhan yang akan menimpa?

Tuan.., jangan merasa aman lantaran kaki masih menginjak bumi. Tuan…,jangan merasa perut kan tetap kenyang lantaran masih tersimpan pangan ‘tuk setahun, jangan pernah merasa matahari tidak akan pernah menyatu dengan bumi kelak….”

Wuahh…, entahlah apa yang ada di kepala dan hati Luqman. Kalimat demi kalimat meluncur deras dari mulut bocah kecil itu tanpa bisa dihentikan. Dan hebatnya, semua yang disampaikan bocah tersebut adalah benar adanya! Hal ini menambah keyakinan Luqman, bahwa bocah ini bukanlah bocah sembarangan. Setelah berkata pedas dan tajam seperti itu, bocah itu pergi begitu saja meninggalkan Luqman yang dibuatnya terbengong-bengong.

Di kejauhan, Luqman melihat bocah itu menghilang bak ditelan bumi. Begitu sadar, Luqman berlari mengejar ke luar rumah hingga ke tepian jalan raya kampung Ketapang. Ia edarkan pandangan ke seluruh sudut yang bisa dilihatnya, tapi ia tidak menemukan bocah itu. Ditengah deru nafasnya yang memburu, ia tanya semua orang di ujung jalan, tapi semuanya menggeleng bingung. Bahkan, orang-orang yang menunggu penasaran didepan rumahnya pun mengaku tidak melihat bocah itu keluar dari rumah Luqman!

Bocah itu benar-benar misterius! Dan sekarang ia malah menghilang! Luqman tidak mau main-main. Segera ia putar langkah, balik ke rumah. Ia ambil sajadah, sujud dan bersyukur. Meski peristiwa tadi irrasional, tidak masuk akal, tapi ia mau meyakini bagian yang masuk akal saja. Bahwa memang betul adanya apa yang dikatakan bocah misterius tadi. Bocah tadi memberikan pelajaran yang berharga, betapa kita sering melupakan orang yang seharusnya kita ingat.. Yaitu mereka yang tidak berpakaian, mereka yang kelaparan, dan mereka yang tidak memiliki penghidupan yang layak.

Bocah tadi juga memberikan Luqman pelajaran bahwa seharusnya mereka yang sedang berada diatas, yang sedang mendapatkan karunia Allah, jangan sekali-kali menggoda orang kecil, orang bawah, dengan berjalan membusungkan dada dan mempertontonkan kemewahan yang berlebihan.

Marilah berpikir tentang dampak sosial yang akan terjadi bila kita terus menjejali tontonan kemewahan, sementara yang melihatnya sedang membungkuk menahan lapar.. Luqman berterima kasih kepada Allah yang telah memberikannya hikmah yang luar biasa. Luqman tidak mau menjadi bagian yang Allah sebut mati mata hatinya.

Sekarang yang ada dipikirannya sekarang , entah mau dipercaya orang atau tidak, ia akan mengabarkan kejadian yang dialaminya bersama bocah itu sekaligus menjelaskan hikmah kehadiran bocah tadi kepada semua orang yang dikenalnya, kepada sebanyak-banyaknya orang.

Kejadian bersama bocah tadi begitu berharga bagi siapa saja yang menghendaki bercahayanya hati. Pertemuan itu menjadi pertemuan yang terakhir. Sejak itu Luqman tidak pernah lagi melihatnya, selama-lamanya. Luqman rindu kalimat-kalimat pedas dan tudingan-tudingan yang memang betul adanya.

Luqman rindu akan kehadiran anak itu agar ada seseorang yang berani menunjuk hidungnya ketika ia salah.


http://agama.kompasiana.com/2010/08/12/desert-of-ramadhan-1431-h/

Rabu, 11 Agustus 2010

Dekatnya Kematian

Assalaamua’laikum wa rahmatulaahi wa barakaatuh

Bismillahir Rahmanir Rahim

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

Seratus empat orang lelaki, wanita dan kanak-kanak pada 19hb Desember 1997 telah bertolak dari Jakarta menuju ke Singapura dengan pesawat Boeing 737 nomor penerbangan MI185. Pasti tidak ada seorangpun diantara para penumpang pesawat itu yang menduga bahwa mereka akan menghadapi maut tidak lama setelah mereka bertolak dari Jakarta. Malangnya, pesawat tersebut naas dan jatuh berkeping-keping di Palembang, dekat Sungai Musi dan semua orang penumpang telah terkorban nyawa.

Diseluruh dunia ini tidak terhitung betapa banyaknya orang yang mati dalam berbagai malapetaka seperti itu; bencana alam yang datang dengan tiba-tiba seperti gempa bumi, angin topan, kapal tenggelam, kecelakaan laulintas dan lain-lain lagi. Setiap hari, ada orang yang meninggal bahkan pada waktu anda membaca tulisan ini ada orang yang sedang menghadapi maut. Ramai orang yang berusaha untuk hidup lebih lama melalui senam, berhenti merokok, makan vitamin-vitamin dan sebagainya.

Namun kita tidak dapat menyangkal kenyataan. Pada suatu hari kita akan meninggal dunia juga, dan apa saja yang kita lakukan tidak dapat menghalang tibanya masa itu. Ada yang berkecenderungan bahwa kita tidak akan mati apalagi jika segalanya berjalan dengan baik, jika tidak ada kekurangan, jika ekonomi melambung, suasana aman damai, dan kita cukup makan. Kematian terlalu mudahnya dilupakan.

Yang sebenarnya ialah kematian adalah sesuatu hakikat yang tidak dapat dielakkan oleh siapapun di dunia ini. Ramai juga yang berpendapat bahwa kematian adalah persoalan orang-orang yang sudah tua saja, tetapi sebenarnya, kematian itu tidak memandang umur. Pastinya matahari terbenam setiap hari, kematian pasti akan tiba, sama ada orang yang berkuasa, berpangkat, pandai kaya atau miskin. Kematian itu menjadikan mereka yang berpangkat tinggi sebanding dengan yang miskin atau berpangkat rendah.

Manusia ditetapkan mati hanya sekali saja dan setelah itu akan dihakimi. Anda diminta untuk bersiap sedia dan berwaspada akan datangnya saat kematian dan selepas itu bersiap pula untuk mempertanggungjawabkan segala yang telah anda melakukan sewaktu didunia ini kepada HAKIM AGUNG. Dialah yang berkuasa untuk memasukkan anda ke SYURGA atau mencampakkan anda ke Neraka Jahanam.

Tangisan Keinsafan Pembersih Dosa

SAIDINA Abu Bakar al-Siddiq adalah seorang sahabat Rasulullah SAW yang amat penyedih. Apabila beliau membaca ayat Allah, air matanya tidak dapat dibendung. Hatinya begitu lembut, sensitif dan cepat tersentuh.

Saidina Umar pula suka mengingatkan dirinya terhadap hari perhitungan. Ketakutan sentiasa menguasai hatinya. Wajahnya diguris bekas aliran tangisan yang terus-menerus mengalir mengingat hari perjumpaan dengan Allah kelak.

Ketika dalam keadaan sakit tenat yang membawa kepada kematiannya, beliau berkata, kepada anaknya Abdullah bin Umar: “Letakkan pipiku di atas tanah.” Abdullah melarang dengan lembut sambil berkata: “Wahai ayah, bukankah itu akan membuatmu semakin sakit?” Umar berkata lagi: “Aku tidak peduli, letakkan aku di atas tanah, celakalah aku jika Tuhanku tidak merahmati aku!”

Tangisan adalah ubat bagi hati yang keras. Ia mendatangkan cahaya dan membersih daripada kekotoran dosa, manakala berlebihan tertawa dan bersenda gurau membawa kepada kelalaian, mengeraskan hati dan mengeruhkan kesuciannya.

Rasulullah SAW suatu ketika bertemu sahabat yang tertawa sambil bergurau. Baginda SAW bersabda maksudnya: “Jika kamu semua mengetahui seperti apa yang aku ketahui, nescaya kamu akan banyak menangis dan sedikit tertawa.”

Ada beberapa alasan mengapa orang beriman perlu menangisi dirinya:

  • Dia tidak tahu qada dan qadar atas dirinya.

Rasulullah SAW bersabda maksudnya: “Sesungguhnya kamu dikumpulkan kejadiannya dalam perut ibu 40 hari air mani, kemudian menjadi segumpal darah selama 40 hari lagi, kemudian menjadi seketul daging selama 40 hari, kemudian diutuskan kepadanya malaikat lalu ditiupkan roh kepadanya dan dituliskan empat kalimah iaitu rezekinya, umurnya, amalnya, celakanya atau bahagianya. Maka, demi Allah yang tidak ada Tuhan selain-Nya, sesungguhnya seseorang mengerjakan amal ahli syurga sehingga tidak ada jarak antaranya dengan syurga itu melainkan sehasta, kemudian terdahulu atasnya ketentuan tulisan lalu ia pun mengerjakan amal ahli neraka maka masuklah ia ke dalamnya. Dan seseorang mengerjakan amal ahli neraka sehingga tidak ada jarak di antaranya dengan neraka kecuali sehasta. Kemudian terdahulu atasnya ketentuan tulisan lalu dia pun mengerjakan amalan ahli syurga maka masuklah dia ke dalamnya.” (Hadis riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Siapakah yang boleh menjamin nama kita termasuk dalam senarai ahli syurga? Tidakkah hal itu petanda bahawa kita tidak berkuasa menolong diri sendiri? Letakkanlah diri kita sentiasa dalam keadaan cemas, takut dan harap kepada Allah. Caranya dengan banyak menangis dan memohon pertolongan-Nya.

  • Menangislah kerana ingat terhadap malam pertama di alam kubur.

Siapakah yang menjadi teman untuk seorang pengantin yang memakai helaian kafan?

Ditinggalkan sendirian menanggung nasib, meratapi kepergian orang yang menghantar ke kuburnya. Jangan pergi! Mana anakku, isteri dan saudara mara yang dulu mengasihiku? Semua hartaku, siapa yang menghabiskan segala jerih payahku selama ini? Lubang itu terlalu sempit, tempat cacing dan ulat menggigit-gigit.

Malam pertama di sini sungguh berat ditanggung sendiri. Ada malaikat yang datang membawa urusan amat penting. Persoalan yang bukan senda gurau kekasih pada malam pengantin. Bahkan, gertakan yang mengecutkan hati dan kekerasan yang memadamkan kegembiraan.

Siapakah yang mahu menolong aku, menemani dan membela diriku? Di mana sembahyang, puasa, haji dan sedekahku? Datanglah selimuti aku daripada kepedihan seksa ini. Di mana bacaan al-Quran, zikir dan kelembutan lidah yang pernah mengeluarkan kata-kata yang baik?

Datanglah semua segala kebaikanku dari atas kepala, di sebelah tangan, di kaki, di seluruh tubuh badan yang kaku dan pucat ini.

Siapakah yang sanggup membela jika bukan amal salih di dunia. Mayat itu menangis di perut bumi, menyesal mengapa dulu ia tidak menangis ketika bersimpuh di atas bumi?

  • Menangis kerana ingatkan hari perhitungan.

Sabda Rasulullah SAW yang bermaksud: “Orang yang muflis di kalangan umatku ialah: Seseorang yang datang pada hari kiamat dengan pahala sembahyang, puasa dan zakat. Tetapi, dia pernah mencaci si polan, menuduh si polan, menumpah darah si polan dan memukul si polan. Maka akan diberikan kepada orang yang teraniaya itu daripada pahala kebaikan orang tadi sehingga apabila habis pahalanya, sedangkan belum semua terbayar, maka akan diambil ganti dari dosa orang itu dan dibebankan kepadanya dan dia dicampakkan ke dalam neraka kerananya.” (Riwayat Muslim dari Abu Hurairah)

Ingatlah keaiban diri yang terlalu banyak untuk dihitung, jangan sibuk menyebut aib orang lain. Semua orang di sekeliling kita tidak dapat menolong kecuali amal ibadat yang dilakukan dengan keikhlasan.

Bilakah saat dan ketika paling tepat untuk kita menangis supaya lembut hati yang keras oleh hawa nafsu yang dituruti? Pada tengah malam yang dingin, bangun dan berdiri tanpa diketahui oleh manusia yang asyik bermimpi, sujud dan doa yang panjang, bacaan al-Quran dan zikrullah juga istighfar.

Amalan ini menjadi kebiasaan Rasulullah SAW dan sahabatnya serta menjadi ikutan orang salih yang mahukan ketenangan jiwa pada akhir zaman ini. Ubati kegelisahan, tekanan dan kesakitan jiwa dengan menangis, solat dan zikrullah.

INTI PATI

  • Seseorang manusia tidak tahu qada dan qadar atas dirinya, oleh itu letakkanlah diri kita sentiasa dalam keadaan cemas, takut dan harap kepada Allah. Caranya dengan banyak menangis dan memohon pertolongan-Nya.
  • Menangislah kerana ingat terhadap malam pertama pada alam kubur. Malam pertama di sini sungguh berat ditanggung sendiri. Ada malaikat yang datang membawa urusan yang amat penting. Bahkan, gertakan yang mengecutkan hati dan kekerasan yang memadamkan kegembiraan.
  • Menangis kerana ingatkan hari perhitungan. Ingatlah keaiban diri yang terlalu banyak untuk dihitung, jangan sibuk menyebut aib orang lain. Semua orang di sekeliling kita tidak dapat menolong kecuali amal ibadat yang dilakukan dengan keikhlasan.

Selasa, 03 Agustus 2010

Lebih Besar Dari Dosa Zina

Suatu Senja, seorang wanita melangkahkan kaki mendekati kediaman Nabi Musa. Setelah mengucapkan salam, dia masuk sambil terus menunduk. Air matanya berderai tatkala berkata, “Wahai Nabi Allah, tolonglah saya. Doakan agar Allah mengampuni dosa keji saya.”
“Apakah dosamu wahai wanita..?” Tanya Nabi Musa. “Saya takut mengatakannya,” jawab wanita itu. “Katakanlah, jangan ragu-ragu..!” desak Nabi Musa.
Maka perempuan itu pun dengan takut bercerita, “Saya telah berzina.”Kepala nabi Musa terangkat, hatinya tersentak. “Dari perzinaan itu saya Hamil. Setelah anak itu lahir, langsung saya cekik lehernya sampai mati,” lanjut perempuan itu seraya menangis.
Mata Nabi Musa berapi-api. Dengan muka yang b
erang dia menghardik “Perempuan celaka, pergi dari sini. Agar Siksa Allah tak jatuh ke dalam rumahku. Pergi!!!” teriak nabi Musa sambil berpaling karena jijik.
Hati perempuan itu bagaikan kaca membentur batu, hancur luluh. Dia menangis tersedu-sedu dan keluar dari Rumah Nabi Musa. Ia Tak tahu harus kemana lagi mengadu. Bahkan dia tak tahu ke mana harus melangkahkan kaki. Bila seorang Nabi saja sudah menolaknya, bagaimana manusia lain bakal menerimanya?
Sepeninggalnya, Malaikat Jibril turun mendatangi Nabi Musa. Jibril lalu bertanya, “Mengapa engkau menolak seorang wanita yang hendak BERTAUBAT dari dosanya..? Tidakkah engkau tahu dosa yang lebih besar dari itu..?“
Nabi Musa terperanjat. “Dosa apakah yang lebih besar dari kekejian wanita pezina dan pembunuh itu..? Betulkah ada dosa yang lebih besar daripada perempuan yang hina itu..? “Tanyanya.
“Ada..!!” jawab Jibril dengan tegas. “Orang yang meninggalkan shalat dengan sengaja tanpa menyesal. Orang itu dosanya lebih besar daripada SERIBU kali Berzina.”
Mendengar penjelasan ini Nabi Musa memanggil wanita tadi, lalu berdoa memohon ampunan kepada Allah. Nabi Musa menyadari, Orang yang meninggalkan Shalat dengan sengaja tanpa penyesalan seakan menganggap remeh perintah Allah. Sedangkan BERTAUBAT dan menyesali Dosa dengan sungguh-sungguh berarti masih mempunyai IMAN di dadanya dan Yakin Allah itu ada.

Semoga kita bisa menjadi hamba yang selalu bisa memelihara Sholat kita...
Amiinn...


diambil dr : http://m.facebook.com/inbox/readmessage.php?t=1157341709661&r1968b713&refid=11

Minggu, 01 Agustus 2010

Pemuda Beribu-Bapakan Hewan Babi


Nabi Musa adalah satu-satunya Nabi yang boleh berbicara terus dengan Allah S.W.T Setiap kali dia hendak bermunajat, Nabi Musa akan naik ke Bukit Tursina. Di atas bukit itulah dia akan berbicara dengan Allah.Nabi Musa sering bertanya dan Allah akan menjawab pada waktu itu juga. Inilah kelebihannya yang tidak ada pada nabi-nabi lain.
Suatu hari Nabi Musa telah bertanya kepada Allah. "Ya Allah, siapakah orang di syurga nanti yang akan bertetangga dengan aku?".
Allah pun menjawab dengan mengatakan nama orang itu, kampung serta tempat tinggalnya. Setelah mendapat jawaban, Nabi Musa turun dari Bukit Tursina dan terus berjalan ke tempat yang diberitahu. Setelah beberapa hari di dalam perjalanan akhirnya sampai juga Nabi Musa ke tempat tersebut.
Dengan pertolongan beberapa orang penduduk di situ, beliau akhirnya bertemu dengan orang tersebut. Setelah memberi salam beliau dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu.
Tuan rumah itu tidak melayani Nabi Musa. Dia masuk ke dalam bilik dan melakukan sesuatu di dalam. Sebentar kemudian dia keluar sambil membawa seekor babi betina yang besar. Babi itu dibawanya dengan cermat. Nabi Musa terkejut melihatnya. "Apa hal ini?, kata Nabi Musa berbisik dalam hatinya penuh keheranan.
Babi itu dibersihkan dan dimandikan dengan baik. Setelah itu babi itu dilap sampai kering serta dipeluk cium kemudian diantar kembali ke dalam bilik. Tidak lama kemudian dia keluar sekali lagi dengan membawa pula seekor babi jantan yang lebih besar. Babi itu juga dimandikan dan dibersihkan. Kemudian dilap hingga kering dan dipeluk serta cium dengan penuh kasih sayang. Babi itu kemudiannya diantar kembali ke bilik.
Selesai kerjanya barulah dia melayani Nabi Musa. "Wahai saudara! Apa agama kamu?". "Aku agama Tauhid", jawab pemuda itu yaitu agama Islam. "Habis, mengapa kamu membela babi? Kita tidak boleh berbuat begitu." Kata Nabi Musa.
"Wahai tuan hamba", kata pemuda itu. "Sebenarnya kedua babi itu adalah ibu bapa kandungku. Oleh karena mereka telah melakukan dosa yang besar, Allah telah menukarkan rupa mereka menjadi babi yang buruk rupanya. Soal dosa mereka dengan Allah itu soal lain. Itu urusannya dengan Allah. Aku sebagai anaknya tetap melaksanakan kewajibanku sebagai anak. Hari-hari aku berbakti kepada kedua ibu bapaku seperti yang tuan hamba lihat tadi. Walaupun rupa mereka sudah menjadi babi, aku tetap melaksanakan tugasku.", sambungnya.
"Setiap hari aku berdoa kepada Allah agar mereka diampunkan. Aku memohon supaya Allah menukarkan wajah mereka menjadi manusia yang sebenarnya, tetapi Allah masih belum mengabulkannya.", tambah pemuda itu lagi.
Maka ketika itu juga Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Musa a.s. 'Wahai Musa, inilah orang yang akan berjiran dengan kamu di Syurga nanti, hasil baktinya yang sangat tinggi kepada kedua ibu bapanya. meski Ibu bapanya yang sudah buruk dengan rupa babi pun dia tetap berbakti juga. Oleh itu Kami naikkan derajatnya sebagai anak soleh disisi Kami."
Allah juga berfirman lagi yang bermaksud : "Oleh karena dia telah berada di derajat anak yang soleh disisi Kami, maka Kami angkat doanya. Tempat kedua ibu bapanya yang Kami sediakan di dalam neraka telah Kami pindahkan ke dalam syurga."
Itulah berkat anak yang soleh. Doa anak yang soleh dapat menebus dosa ibu bapa yang akan masuk ke dalam neraka pindah ke syurga. Ini juga hendaklah dengan syarat dia berbakti kepada ibu bapanya. Walaupun hingga ke peringkat rupa ayah dan ibunya seperti babi. Mudah-mudahan ibu bapa kita mendapat tempat yang baik di akhirat kelak.
Walau bagaimana buruk sekali pun perangai kedua ibu bapa kita itu bukan urusan kita, urusan kita ialah menjaga mereka dengan penuh kasih sayang sebagaimana mereka menjaga kita sewaktu kecil hingga dewasa.
Walau banyak mana sekali pun dosa yang mereka lakukan, itu juga bukan urusan kita, urusan kita ialah meminta ampun kepada Allah S.W.T supaya kedua ibu bapa kita diampuni Allah S.W.T.
Doa anak yang soleh akan membantu kedua ibu bapanya mendapat tempat yang baik di akhirat, inilah yang dinanti-nantikan oleh para ibu bapa di alam kubur.
Arti sayang seorang anak kepada ibu dan bapanya bukan melalui harta atau uang yang banyak, tetapi sayang seorang anak pada kedua ibu bapanya ialah dengan doanya supaya kedua ibu bapanya mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah.

diambil dari : http://www.facebook.com/home.php?#!/?page=1&sk=messages&tid=1165438674347